Sejak sepuluh tahun terakhir jumlah hasil tangkapan ikan lemuru di perairan selat bali mengalami penurunan drastis. Tentu saja kondisi ini sangat berdampak bagi para nelayan khususnya di Pengambengan, Bali dan Muncar, Banyuwangi. Bahkan Unit Pengolahan Ikan (UPI) di kawasan tersebut terpaksa melakukan impor dari luar untuk memenuhi kebutuhan produksi mereka. Tentunya banyak faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut. Mulai dari over fishing, migrasi ikan, kondisi oseanografis perairan sampai dengan pengaruh jumlah alat penangkapan ikan.
Pada tanggal 9 – 12 April 2018, tim dari Balai Riset dan Observasi Laut, KKP melakukan kegiatan survei lapang di perairan Senggrong, Muncar. Tim berjumlah 6 orang terdiri dari 4 peneliti dan 2 orang teknisi penataan foto udara. Tim diketuai oleh Dr. Bambang Sukresno. Bagan yang ditemui di lokasi ini umumnya tipe bagan apung. Karakteristik bagan apung bisa dipindahkan sewaktu-waktu ke lokasi lain apabila dibutuhkan. Secara visual terlihat lebih dari 50 unit bagan di lokasi ini, namun hanya sekitar 15 lokasi bagan yang dipilih secara acak sebagai validasi foto udara.
Selain melakukan ground cek lokasi bagan, juga dilakukan pengukuran kondisi oseanografi menggunakan peralatan water quality checker (WQC) TOA-DKK 24. Adapun paremeter yang diukur meliputi kedalaman perairan, pH, oksigen terlarut, konduktivitas, suhu, salinitas, dan TDS. Jumlah kapal bagan hanya sekitar 5-6 unit. Namun setiap kapal mengelola 10-15 unit bagan. Kapal berfungsi untuk mengantarkan nelayan bagan ke lokasi bagan di sore hari, selanjutnya menjemput sekaligus mengangkut hasil tnagkapan di pagi harinya. Rata-rata hasil tangkapan bagan sebagian besar ikan teri, cumi, dan ‘semenit’ (baby lemuru) (tergantung musim).