Berita Pelabuhan Perikanan
berita PPP. Muncar | 12 November 2014

Upacara Tradisional 'Petik Laut" di Pelabuhan Perikanan Muncar

Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME. masyarakat Muncar menggelar syukuran kepada Tuhan YME. dan acara ini biasa diberi nama "petik laut" yang dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 9 November 2014 di Pelabuhan Perikanan Muncar. Pengertian dari "Petik Laut" secara harfiah adalah “Petik” berarti ambil pungut atau peroleh. “Petik Laut” berarti memetik, mengambil, memungut atau memperoleh hasil laut berupa ikan dan sumber daya yang ada di laut yang mampu menghidupi nelayan Muncar dan sekitarnya. Pengungkapan perasaan tersebut diwujudkan dalam bentuk kegiatan tasyakuran sampai dengan tradisi masyarakat secara beramai-ramai melakukan upacara di tengan laut, sesuai dengan tradisi yang masih hidup dilingkungan masyarakat nelayan Muncar sebagai usaha menjaga warisan para leluhur. Mensyukuri atas Rahmad Tuhan Yang Maha Esa yang telah dilimpahkan berupa hasil penangkapan ikan yang tidak kunjung henti-hentinya sepanjang massa. Sebagai salah satu media permohonan kehadapan Tuhan Yang Esa, agar selalu memperoleh perlindungan dan dijauhkan dari segala marabahaya, dianugerahi keselamatan dan hasil yang lebih melimpah lagi. Sebagai salah satu upaya menanamkan perasaan cinta bahari bagi masyarakat nelayan Muncar, sehingga kehidupan laut yang telah mendatangkan manfaat dapat terpelihara secara lestari. Awal Pelaksanaan Petik Laut Muncar. Salah seorang sesepuh masyarakat nelayan Muncar menceritakan bahwa pada tahun 1901 telah bermukim di Muncar. Pada saat itu telah diselenggarakan Upacara Petik Laut, yang cara meracik sesajinya telah mengikuti cara yang di pergunakan oleh masyarakat nelayan sebelumnya. Berdasarkan informasi tersebut di sisi lain mengandung arti bahwa kegiatan Petik Laut Muncar merupakan tradisi masyarakat Muncar yang berlangsung sejak waktu yang cukup lama dan sampai sekarang masih terpelihara dengan baik di hati masyarakat. Peserta dan Kelengkapan Upacara. Pelaksanaan upacara Petik Laut Muncar diikuti oleh seluruh masyarakat nelayan Muncar, para pejabat termasuk MUSPIDA dalam hal ini Bapak Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Kapolres Banyuwngi dan Komandan KODIM Banyuwangi hingga MUSPIKA, undangan serta hadirin para pengunjung dari masyarakat disekitar Muncar ikut memeriahkan kegiatan Petik Laut Muncar tersebut. Kelengkapan upacara yang dianggap penting adalah berbentuk sesaji berupa kue, masakan dan makanan yang berasal dari palawija yang bergantung dan bentuk lainnya, yang menonjol berupa : Kepala Kambing “Kendit” Kue-kue sebanyak 44 macam Buah-buahan Pancing emas Candu Pisang saba mentah Pisang raja Nasi tumpeng, nasi gurih, nasi lawuh Ayam jantan hidup 2 ekor Kinangan dan lain-lain. Semua kelengkapan sesaji tersebut disusun sedemikian rupa dimasukkan ke dalam sebuah perahu kecil yang dihiasi berwarna-warni dan biasanya disebut “Gitik”, dan kemudian dilabuh atau dilarung di laut. Dan dalam pelarungan tersebut selalu diiringi dengan tarian Gandrung. Rangkaian Pelaksanaan Upacara. Malam Tasakuran. Malam menjelang pelaksanaan upacara Petik Laut, hampir seluruh masyarakat nelayan di Muncar melakukan tirakatan sampai pagi dengan satu harapan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi dan senantiasa dalam pelaksanaan Petik Laut Muncar pada siang harinya selamat tidak ada halangan apapun. Ider Bumi. Pagi hari ± 06.00 WIB, sesaji yang telah siap di dalam “Gitik” dan ditempatkan di rumah Pawang, diangkut menuju ke tempat upacara sambil terlebih dahulu diarak keliling dilingkungan perkampungan nelayan, diiringi oleh perangkat kesenian pengiring berupa Terbangan, Gandrung, bersama-sama dengan kegiatan kelompok masyarakat nelayan menuju ke tempat upacara pelepasan sesaji. Upacara Pelepasan Sesaji. Di tempat yang telah ditentukan biasanya mengambil tempat di TPI Pelabuhan Perikanan Muncar pada tanggal 15 Muharram, dimulai pada pukul 09.00 WIB. Perahu yang membawa Gitik yang brisi sesaji ditempatkan paling depan dan kemudian diikuti oleh iring-iringan perahu nelayan yang membawa ke tengah laut untuk dilarung.

« Kembali